Selasa, 11 Oktober 2011

artikel kebidanan

Kelenjar Endokrim

Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum system saraf mencapai maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis sel yang mengeluarkan 6 hormon, yaitu
1)      Laktotrop, yang menghasilkan prolaktin.
2)      Somatotrop, yang menghasilkan hormone pertumbuhan (GH).
3)      Kortikotrop, yang menghasilkan kortikotropin (ACTH).
4)      Tirotrop, yang menghasilkan TSH.
5)      Gonadotrop, yang menhasilkan LH, FSH.
Pada kehamilan 7 minggu sudah dapat diketahui produksi ACTH, dan menjelang 17 minggu semu hormone sudah dihasilkan. Hipofisis juga menghasilkan endorphin.
Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia 10 – 12 minggu sehingga oksitosim dan AVP (arginine vasopressin) sudah dapat dihasilkan. AVP diduga berfungsi mempertahankan air terutama di dalam paru dan plasenta.
Ada lobus intermediet hipofisis janin yang mengecil saat aterm dan kemudian menghilang pada dewasa; kelenjar tersebut menghasilkan  alpha melanosit stimulating hormone (MSH) dan endorphin.
Kelenjar tiroid janin telah berfungsi pada usia 10 – 12 minggu. Plasenta secara aktif memasok jodium pada janin yang terus meningkat selama kehamilan, bahkan kadar TSH lebih tinggi drai kadar dewasa, tetapi T3 dan total tiroid lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa hipofisis tidak sensitif terhadap umpan balik.
Posted in Fisiologi Janin | Tagged , , , , , | Leave a comment

Sistem Saraf

Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada ertengahan kehamilan dan berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia 10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi kaki; sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat pada 4 bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10 minggu, sedangkan gerak respirasi pada 14 – 16 minggu.
Janin sudah mampu mendengar sejak 16 minggu atau 120 hari. Ia akan mendengar suara ibunya karena rambat suara internal lebih baik daripada suara eksternal. Kemampuan melihat cahaya agaknya baru jelas pada akhir kehamilan, sementara gerak bola mata sudah lebih awal. Garak ini dikaitkan dengan perilaku janin.
Janin mampu membuat hormone sendiri misalnya tiroid, ACTH. Korteks adrenal dirangsang oleh ACTH. Uniknya kelenjar adrenal ini mempunyai area yang sangat aktif selama ini utero dan akan menghilang kemudian. Kelenjar adrenal ini menghasilkan steroid dan katekolamin serta akan aktif menjelang partus. Sebaliknya, pada anensefalus, di mana adrenal atrofik, persalinan akan tertunda.
Posted in Fisiologi Janin | Tagged , , , , , | Leave a comment

Sistem Respirasi

Gerakan nafas janin sudah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada 34 minggu secara regular gerak nafas ialah 40 – 60/menit dan diantara jeda adalah periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai bronkioli, sementara di dalam alveolus terdapat cairan alveoli. Gerak nafas janin dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan peningkatan kadar glukosa. Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi napas. Pada aterm normal, gerak napas akan berkurang dan dapat apnea selama 2 jam.
Alveoli terdiri atas dua lapisan sel epitel yang mengandung sel tipe I dan II. Sel tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting untuk fungsi pengembangan nafas. Surfaktan yang utama ialah sfingomielin dan lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol akan memucak pada 32 minggu, sekalipun sudah dihasilkan sejak 24 minggu. Pada kondisi tertetu, misalnya diabetes, produksi surfaktan ini kurang; juga pada preterm ternyata dapat dirangsang untuk meningkat dengan cara pemberian kortikosteroid pada ibunya. Steroid dan factor pertumbuhan terbukti merangsang pematangan paru melalui suatu penekanan protein cara untuk (HoxB5). Pemeriksaan kadar L/S rasio pada air ketuban merupakan cara untuk mengukur tingkat kematangan paru, di mana rasio L/S > 2 menandakan paru sudah matang.
Tidak saja fosfolipid yang berperang pada proses pematangan selular. Ternyata gerakan napas juga merangsang gen untuk mematangkan sel alveoli.
Posted in Fisiologi Janin | Tagged , , , , , | Leave a comment

Darah Janin

Darah janin mengalami proses pembentukan yang unit yang bermula diproduksi di yolk sac, kemudian di hati dan akhirnya di sumsum tulang. Eritrosit janin relative besar dan berintik. Hemoglobin mengalami peningkatan dari 12 g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18 g/dl pada aterm. Eritrosit janin berbeda dengan eritrosit orang dewasa secara struktur dan metabolic yaitu lebih lentur karena berada dalam viskositas tinggi, dan mempunyai banyak enzim. Eritropoesis janin dikendalikan oleh hormone eritropoetin janin. Terjadi peningkatan pada kondisi perdarahan, persalinan, dan anemia akibat isoimunisasi. Volume darah diperkirakan 78 ml/kg, sedangkan isi darah plasenta segerah setelah pemotongan tali pusat ialah 45 ml/kg.
Hemoglobin janin ialah suatu tetramen yang terdiri atas 2 pasang masing-masing antai dan alfa. Gen alfa berasal dari kromosom 16 sedangkan gen berasal dari kromosom 11. Eritropoesis yang terjadi di yolk sac menghasilkan hemoglobin awal yaitu Gower 1, 2, dan Portland; setelah eritropoesis beralih ke hati dihasilkan hemoglobin F; dan setelah beralih ke tulang akan dihasilkan hemoglobin A sampai janin matur.
Ada perbedaan fungsi hemoglobin A dan F. Pada tekanan oksigen pH tertentu, HbA akan mengingat lebih banyak oksigen dibandingkan dengan HbA; hal ini disebabkan HbA mengikat 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG) lebih kuat dibandingkan HbF sehingga afinitas HbA dengan oksigen lebih rendah. Karena kadar 2,3 DPG lebih rendah, afinitas oksigen janin menjadi lebih tinggi. Pada kehamilan aterm Hb lebih rendah dibandingkan kehamilan awal, yaitu ¾ masih berupa HbA mendekati kadar pada orang dewasa. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh peran glukokortikoid.
Posted in Fisiologi Janin | Tagged , , , , | Leave a comment

Sistem Kardiovaskular

Mengingat semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilical, maka sirkulasi menjadi khusus, Tali pusat berisi satu vena 2 arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah kea rah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai berikut. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vea umbilical mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan – memasok darah ke hati – dan duktus venosus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen seperti arteri – meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta da seluruh tubuh. Darah yang berisi bayak oksigen itu terutama akan memperdarahi organ vital jantung dan otak.
Adanya Krista dividens sebagai pembatas pada vena kava mamungkinkan sebagai besar darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale. Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan.
Curah jantung pada trimester akhir, sebagaimana eksperimen pada domba, ditujukan pada plasenta 40 %, karkas 35 %, otak 5 %, jantung 5 %, gastro intestinal 5 %, paru 4 %, ginjal 2 %, lain-lain 4 %.
Posted in Fisiologi Janin | Tagged , , , , , | Leave a comment

Embrio dan Janin

Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula tubu. Oleh karena itu, sperma harus sudah ada di sana sebelumnya. Berkat kekuasaan Allah SWT, terjadilah fertilisasi ovum oleh sperma. Namun, konseptus tersebut mungkin sempurna, mungkin tidak sempurna. Kebesaran dan penciptaanNya-lah yang memungkinkan diferensiasi jaringan yang mengagumkan di mana terbentuk organ.
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrion belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir – usia konsepsi 4 minggu – embrio berukuran 5 mm, kantong gestasi berukuran 2 – 3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi – 6 minggu usia embrio – embrio berukuran 22 – 24 mm, di mana akan tampak kepala yang relative besar dan tonjolan jari. Gangguan atau teratogen akan mempunyai dampak berat apabila terjadi apabila terjadi pada gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3.
Posted in Fisiologi Janin | Tagged , , , , | Leave a comment

Selaput dan Cairan Amnion

Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ectoderm. Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial mengandung kolagen I, III, dan IV. Bagian  luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan amnion ini berhubungan dengan korion Laeve.
Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer cairan dan metabolic. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat metalloproteinase-1.
Sel mesenkim itu, jaringan tersebut menghasilkan sitokin IL-6, IL-8, MCP-1 (monosit chemoattraciant protein-1); zat ini bermanfaat untuk melawan bakteri. Disamping itu, selaput amnion menghasilkan zat vasoaktif: endotelin-1 (vasokonstriktot), dan PHRP (parathyroid hormone related protein), suatu vasorelaksan. Dengan demikian selaput amnion mengatur peredaran darah dan tonus pembuluh lokal.
Selaput amnion juga meliputi tali pusat. Sebagian cairan berasal pula dari difusi pada tali pusat. Pada kehamilan kebar dikorionik-diamniotik terdapat selaput amnion dari masing-masing yang bersatu. Namun, ada jaringan koroin leave di tengahnya (pada USG tampak sebagai huruf Y, pada awal kehamilan); sedangkan pada kehamilan kembar dikoriun monoamniotik (kembar satu telur) tidak aka nada jaringan korio di antara kedua amnion (pada USG tampak gambaran huruf T).
Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada perokok dan infeksi terjadi pelemahan pada pada ketahanan selaput sehingga pecah. Pada kehamilan normal yang ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk kedalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-1B, tetapi pada persalinan pretem IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan degan terjadinya infeksi.
Sejak awal kehamilan cairan amnion telah dibetuk. Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar di cairan amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnin mengandung banyak sel janin (lanugo, verniks kaseosa). Fungsi cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.
Posted in Ilmu Kebidanan | Tagged , , , , | Leave a comment

Fungsi Plasenta

Pertukaran gas yang terpenting ialah transfer oksigen dan karbondioksida. Saturasi oksigen pada ruang untervili plasenta ialah 90 %, sedangkan tekanan parsial ialah 90 mmHg. Sekalipun tekanan pO2 janin hanya 25 mmHg, tingginya hemoglobin F janin memungkinkan menyerapkan oksigen dari plaseta. Di smaping itu, perbedaan kadar ion H + dan tingginya kadar karbondiogsida dari sirkulasi janin memungkinkan pertukaran dengan oksigen (efek Bohr) .
Perbedaan tekanan 5 mmHg antara ibu dan janin meungkinkan pertukaran CO2 (dalam bentuk asam kabonat, karbamino Hb, atau bikarbonat) pada plasenta. Ikatan CO2 dengan Hb bergantung pada factor yang mempengaruhi pelepasan oksigen. Jadi karbamino Hb meningkat bila oksigen dilepas – disebut sebagai efek Haldane.
Keseimbangan asam basa bergantung pada kadar H +, asam laktat, dan bikarbonat pada sirkulasi janin-plasenta. Pada umumnya asidosis terjadi akibat kekurangan oksigen.
Metabolisme karbohidrat terutama oleh kadar glukosa yang dipasok oleh ibu. Sebanyak 90 % dari kebutuhan energi berasal dari glukosa. Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Glikogen disimpan di hati, otot, dan plasenta; sedangkan lemak disekitar jantung dan belakang skapula. Glukosa dan monosakarida dapat langsung melewati plasenta. Plasenta mengatur untilisasi glukosa dan maupun membuat cadangan separuh dari kebutuhan.
Pada pertengahan kehamilan, 70 % glukosa akan mengalami metabolisme dengan cara glikolisis, 10 % melalui jalur pentosafosfat, dan sisinya disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Pada kehamilan aterm utilisasi glukosa menurun 30 %. Cadangan glokogen janin amat diperlukan sebagai sumber energi, misalnya pada keadaan asfikisa di mana terjadi glikolisis anerobik.
Janin membutuhkan asam lemat untuk pembentukan membrane sel dan cadangan yang berguna untuk sumber energi pada periode neonates dini.